Gejala alergi makanan bisa muncul kapan saja. Jenis makanan penyebabnya pun beragam. Jenis penyebab alergi juga dapat bertambah atau berkurang sejalan dengan waktu. Khusus untuk individu yang keluarganya memiliki riwayat alergi, maka risiko respons alergi dapat muncul kapan saja, termasuk saat dia masih bayi hingga dewasa.
Alergi makanan terjadi akibat adanya reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan yang nampak oleh tubuh. Alergi bisa diturunkan dari orangtua ke anaknya. Jika salah satu orangtua alergi terhadap makanan tertentu maka anak berisiko 50 persen memiliki alergi yang sama. Jika kedua orangtua memiliki alergi maka 75 persen bahkan lebih bayi akan menderita alergi juga.
Pada anak yang memiliki alergi makanan tertentu misalnya seafood maka sistem kekebalan tubuhnya akan menyerang organ tubuh sehingga terjadi sesak napas, kulit gatal, dll.
Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa anak Anda alergi terhadap makanan tertentu, seperti berikut ini :
- Perut membesar dan kembung
- Sering buang air, namun tanpa disertai darah atau lendir
- Tinja lebih cair atau mencret
- Rewel akibat ketidaknyamanan di organ pencernaan
- Muntah
- Batuk
- Pembengkakan pada bibir dan tenggorokan
- Sesak napas
- Mata berair dan memerah
Makanan Pemicu Alergi
Pada bayi yang sudah mulai mendapatkan makanan pendamping ASI maka tidak menutup kemungkinan akan terkena alergi. Berdasarkan hasil penelitian ada delapan kelompok makanan yang bisa memicu alergi, yakni :
1. Telur
Bagian putih telur pada telur ayam, bebek, atau telur puyuh dapat menyebabkan reaksi alergi pada anak. Bila alergi muncul biasanya anak akan merasa gatal di seluruh tubuh, kulit membengkak atau kemerahan.
2. Susu
Bayi yang memiliki alergi terhadap susu sapi dan kambing akan mengalami muntah atau diare. Dalam kasus ini biasanya dokter akan menyarankan makanan yang terbuat dari susu sapi yang sudah terhidrosida sehingga tidak mengakibatkan alergi pada bayi, atau mengganti dengan makanan yang mengandung protein kedelai.
3. Kacang tanah
Beberapa makanan yang mengandung kacang tanah bisa mengakibatkan gatal pada tubuh bayi atau munculnya bisul kemerahan pada tangan dan wajah.
4. Gandum
Roti atau sereal yang berasal dari gandum dapat menyebabkan berbagai gejala alergi seperti mual, gatal-gatal, dan sesak napas yang termasuk dalam reaksi alergi yang fatal atau anafilaksis. Bagi bayi yang alergi dengan gandum, sebaiknya menghindari makanan yang mengandung gluten dan semolina. Sebagai alternatif, Ibu bisa mengganti dengan beras atau jagung.
5. Kacang kedelai
Alergi kedelai biasa dialami bayi yang mengonsumsi susu yang mengandung kedelai. Selain itu, bisa juga dipicu dari saus kedelai, miso soup, dan makanan yang mengandung minyak kedelai.
6. Kacang
Kacang seperti kenari, kacang mede, dan pistasio dapat menyebabkan reaksi yang sama pada bayi yang mengonsumsi kacang tanah.
7. Ikan (tuna, salmon, cod)
Beberapa bayimungkin memiliki alergi terhadap ikan. Oleh karena itu, sebelum mencapai usia 6 bulan sebaiknya jangan beri ikan pada makanan pendamping ASI. Setelah berusia 8 atau 12 bulan, ibu bisa memasukan ikan dalam menu seimbang anak.
8. Kerang-kerangan (termasuk lobster, udang, dan kepiting)
Gejala yang muncul berupa urtikaria (gatal di kulit), angioedema (bengkak-bengkak), asma atau kombinasi dari beberapa kelainan tersebut. Alergi makanan karena ikan laut paling mudah terdeteksi karena gejala yang ditimbulkan relatif cepat. Biasanya kurang dari 8 jam keluhan alergi sudah bisa dikenali.
Pada beberapa alergi seperti alergi telur, susu sapi, kacang kedelai, dan gandum bisa diatasi oleh tubuh anak seiring dengan pertambahan usia dan pertumbuhannya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa protein pemicu alergi anak bisa dikelola tubuh pada waktu tertentu dan berbeda pada tiap anak.
Namun, ada pula alergi yang tidak bisa hilang dari tubuh, yaitu alergi ikan, kerang, udang, dan kacang-kacangan yang akan terus membawa alergi seumur hidupnya.