Blastokista adalah embrio berusia empat sampai sembilan hari blastokista tampak seperti bola berongga berisi cairan sel trofektodermal di mana ICM membentuk benjolan sedikit pada dinding dalam.
Blastokista ialah sel bulat berongga, berisi cairan yang bisa diamati secara kasat mata. Biasanya terletak di bagian atas rahim pada sisi yang sama dengan tempat ovarium melepaskan sel telur. Hanya dua jenis sel yang hadir pada saat ini, trofektoderma (dasar plasenta) dan massa sel dalam atau ICM, yang juga akan memberikan kontribusi sel ke jaringan ekstraembrionik serta seluruh janin.
Blastokista tampak seperti bola berongga berisi cairan sel trofektodermal di mana ICM membentuk benjolan sedikit pada dinding dalam. Pada tahap perkembangan inilah sebagian besar sel induk embrionik diperoleh.
Blastokista merupakan embrio yang sudah berkembang sekitar 5 hari sesudah pembuahan. Pada saat ini telah berkembang dari satu sel ke sel bola hampa, dengan ‘rumpun’ sel dalam rongga. Blastokista memiliki lapisan luar yang sangat tipis dan karenanya tidak memerlukan dibantu menetas.
Trofoblas ini sangat kritis agar keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa emdometrium akan menerina (resesif) dalam proses implantasi embrio.
Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Nidasi diatur oleh proses yang kompleks antara trofoblas dan endometrium.
Di satu sisi trofoblas mempunyai kemampuan invasi yang kuat, di sisi lain endometrium mengontrol invasi trofoblas dengan menyekresikan faktor-faktor yang aktif setempat (local) yaitu inhibitor cytokines dan protease. Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal merupakan hasil keseimbangan proses antara trofoblas dan endometrium.
Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan hormone human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari ke- 60 kehamilan agar kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya merupakan mempengaruhi korpus luteum agar tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron sampai plasenta bisa membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas agar menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut bisa ditemukan dalam air kemih ibu hamil.
Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner cell aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Tidak jarang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua.
Pada umumnya blastokista masuk ke endometrium dengan bagian di mana massa inner cell berlokasi. Dikemukakan bahwa hal ini ialah yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau parasentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium, maka terbisalah tali pusat dengan insersio valementosa. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. bila nidasi ini terjadi, barulah bisa sama dengan adanya kehamilan.