Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi korionik gonatropin (hCG) oleh sel-sel sinsisiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin.
Human chorionic Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding dengan meningkatnya usia kehamilan di antara 30 – 60 hari.
Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60 – 70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100 – 130 hari.
Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar hCG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan Keguguran iminens.
Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa, atau kario karsinoma. Nilai kuantitatif dengan pemeriksaan radio immunoassay dapat membantu untuk menentukan usia kehamilan.
Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda hCG sejak tahun 1920. Uji biologik ini menggunakan hewan (katak, tikus, kelinci) yang kemudian disuntik dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat reaksi yang terjadi pada ovarium atau testis hewan percobaab tersebut.
Prinsip uji biologik penanda hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG dari hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG (protein dengan sifat antigenik).
Bila urin diteteskan ke antiserum, maka terjadi mediasi aktivitas anti serum untuk bereaksi dengan partikel lateks yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau sel darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination inhibition test).
Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan menetralisasi antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi aglutinasi.
Karena hCG mempunyai struktur yang mirip dengan hormon luteinisasi (luteinizing Hormone/LH), maka dapat terjadi reaksi silang masing-masing antibodi terhadap masing-masing hormon.
Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan pembatasan terhadap sensitivitas jumlah maksimum atau internasional unit hormon yang akan diperiksa.