Pada Umbilikalis pemeriksaan Doppler sudah dapat dimulai sejak minggu ke-17. Secara fisiologis gelombang akhir diastolik tidak ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 18 minggu dan mulai terlihat pada kehamilan 18 minggu atau lebih. Hal ini disebabkan oleh menurunnya resistensi pembuluh darah plasenta pada kehamilan normal.
Pada pertumbuhan janin terhambat dan pada pereeklampsia terjadi peningkatan rasio S/D dan PI dan pada gambaran velosimetri Doppler tampak sebagai menghilangnya gambaran akhir diastolik, bahkan gambaran akhir diastolik yang terbalik.
Pada v. Umbilikalis biasanya aliran kontinyu. Akan tetapi, bila terjadi kelainan akan tampak gambaran pulsasi. Pada pertumbuhan janin terhambat bila disertai dengan adanya pulsasi v. Umbilikalis memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar untuk mengalami kematian perinatal jika dibandingkan dengan pertumbuhan terhambat tanpa pulsasi pada v. Umbilikalis.
Yong W. Park dan kawan-kawan menyatakan bahwa insiden terjadinya keluaran kehamilan yang buruk yang ditandai dengan skor Apgar 5 menit < 7, dilahirkannya bayi dengan seksio sesarea karena terjadinya fetal distres, dirawatnya bayi dalam ruang intensif, terjadinya hambatan pertumbuhan janin, atau terjadinya kematian janin ketika diadakan pemeriksaan dengan menggunakan velosimetri Doppler pada trimester 3 adalah 90,5 % bila S/D rasio ≤ 0,70 20.
Antonio Barbera dan kawan-kawan mengadakan penelitian mengenai diameter vena dan kecepatan rata-rata aliran darah vena umblikalis dihubungkan dengan pertambahan berat janin dengan usia kehamilan yang ternyata tida ada perbedaan dan signifikan.
Dikatakan pula bahwa penelitian menggunakan velosimetri Doppler masih rumit dan memerlukan biaya yang mahal dan alatnya tidak selalu tersedia di setiap pusat pelayanan. Akibatnya, teknik ini tidaka mudah untuk dilakukan secara klinik.
Anne-Mieke dan kawan-kawan yang mengadakan penelitian mengenai nilai dari kegunaan velosimetri Doppler menyatakan bahwa penggunaa secara selektif pada kehamilan dengan risiko tinggi mungkin mempunyai kegunaan dalam mengurangi kematian perinatal.
Martin J.Whittle dan kawan-kawan menggunakan velosimetri Doppleer untuk melakukan skrining terhadap perempuan hamil dan menyatakan bahwa teknik dengan menggunakan velosimetri Doppler adalah mudah dan cepat serta peralatannya relatif tidak mahal.
Karena hasilnya berupa angka, maka pengambilan kesimpulannya menjadi mudah. Dengan demikian, velosimettri Doppler potensial dan berguna untuk tes skrining pada kehamilan.
Michael Y. Divon dalam menyatakan bahwa teknik Doppler telah menjadi fokus yang menarik dan banyak penelitian tentang velosimetri Doppler sejak terekamnya untuk pertama kali sinyal aliran darah dari ateri umbilikalis oleh Fitzgerald dan Drumm.
Hal ini dapat memperkirakan sebelumnya bahwa insufisiensi uteri, plasenta dan sirkulasi pada janin menyebabkan terjadinya hasil kehamilan yang buruk dan terjadinya keabnormalan tersebut dapat dikenali.
Sebetulnya, studi observasionalsecara jelas membuktikan hubungan antara gambaran aliran velositas yang abnormal dan hasil kehamilan yang buruk seperti IUGR, asfiksia pada bayi, dan kematian perinatal.
Pada keadaan fisiologis plasenta adalah daerah dengan hambatan vaskular yang rendah, sehinggan mengikuti aliran darah sesuai dengan siklus dari jantung.
Karena alira diastol secara pasif, maka jika terjadi peningkatan hambatan pada plasenta aliran darah ateri umbilikalis juga akan berkurang.
Oleh karenanya, peningkatan hambatan pada plasenta berhubungan dengan rendah atau hilangnya bahkan sampai terjadinya aliran darah akhir diastolik yang terbalik.