Banyak dipublikasikan tentang studi dengan menggunakan teknik Doppler pada arteri umbilikalis sebagai suatu tes untuk mengetahui hasil suatu kehamilan.
Banyak studi yang memfokuskan diri terhadap perkiraan terjadinya IUGR, HT yang disebabkan oleh kehamilan, asfiksia pada janin, serta kematian perinatal.
Meskipun sudah dapat dijelaskan bahwa penyakit pada plasenta dapat menyebabkan hasil kehamilan yang buruk, mekanisme kompensasi pada janin, yang kemudian menyebabkan memburuknya keadaan janin adalah sangat kompleks dan tidak dapat diramalkan serta sedikit diketahui sebabnya. Oleh karena itu, teknik baru pada penggunaan klinik perlu diketahui.
Suatu hasil yang abnormal dari studi Doppler menggambarkan adanya lesi pada plasenta dan tidak menunjukkan tingkat adaptasi pada janin. Hal ini menerangkan tentang perkiran keabnormalanplasenta akan menigkatkan keadaan janin yang memburuk.
Ada tiga hal yang menjelaskan hal ini.
Pertama, beberapa studi menunjukkan abnormalitas Doppler yang ditandai dengan tidak adanya bahkan terjadinya akhir diastolik yang terbalik menunjukkan hasil yang signifikan dengan tidak optimalnya kedaan janin.
Kedua, ditemukan adanya korelasi langsung antara makin tidak normalnya aliran darah dengan asfiksia yang dapat dikenali dengan mengukur kadar gas pembuluh darah tali pusat dengan cara kordosintesis.
Ketiga, studi dengan menggunakan Doppler pada arteri umbilikalis menunjukkan bahwa meningkatnya indeks hambatan menunjukkan hubungan yang kuat dengan keadaan janin yang tidak optimal.
Respons dari janin terhadap meningkatnya hambatan vaskular tidak dapat diperkiraka. Ini menunjukkan bahwa penilitian dengan Dopper tentang ketidaknormalan aliran darah tali pusat sering dapat diperkirakan terjadinya hambatan pertumbuhan pada janin.
Selain itu beberapa janin akan lahir spontan sebelum terjadi gangguan akan tampak sehat, sedangkan yang lainnya terjadi gangguan yang lama sebelum persalinan spontan sehingga akan terjadi hasil kelahiran yang buruk.
Banyak penelitian tengtang penggunaa secara klinik velosimetri Doppler arteri umbilikalis untuk mengevaluasi pasien dengan kehamilan risiko tinggi.
Pada penelitian tentang keluaran janin yang buruk, ternyata tidak semuanya berhubungan dengan peningkatan hambatan pada plasenta.
Oleh karena itu, keluaran janin yang buruk mungkin tidak terdeteksi karena dalam penelitian dengan Doppler menunjukkan keadaan yang normal.
Selain itu, kematian janin yang tiba-tiba bisa disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada perempuan hamil dengan diabetes mellitus yang bergantung pada insulin atau pada janin yang mengalami hidrops karena ketidakcocokan Rhesus atau oleh perempuan hamil dengan hipertensi yang menunjukkan perubahan ketidaknormalan kecepatan aliran darah karena adanya lesi pada plasenta.
Demikian juga banyak peneliti yang setuju bahwa terdapat hubungan antara perubahan yang akut pada aliran darah dan perubahan kecepatan aliran darah adalah hal yang buruk, dan keadaan ini dapat menunjukkan awal terjadinya asfiksia yang akut pada janin.
Seperti halnya janin, kemajuan dan jumlah vili plasenta akan bertambah. Hubungan antara usia kehamilan, hambatan plasenta, serta kecepatan aliran darah umbilikalis belum diketahui sampai saat ini.
Yang diketahui saat ini adalah nilai resisten indeks pada kecepatan aliran darah umbilikalis akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia kehamilan pada saat kehamilan tersebut mendekati aterm. Penelitian ini berguna untuk menentukaan keadaan janin pada kehamilan yang melebihi waktu.
Karena terbukti dengan velosimetri Doppler kematian perinatal pada kehamilan yang mempunyai risiko kematian janin rendah, maka banyak yang tidak menganjurkan penggunaannya secara rutin untuk skrining kehamilan, tetapi berguna untuk digunakan pada kehamilan dengan risiko tinggi.