Kehamilan ektopik (KE) adalah kehamilan di mana implantasi blastosis terjadi di luar kavum uteri. Kejadian KE dalam dekade belakangan ini semakin meningkat.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian KE, antara lain riwayat KE sebelumnya; kontrasepsi IUD; kegagalan sterilisasi; peradangan pelvik; dan bayi tabung (fertilisasi in vitro).
Diagnostik definitif KE ditegakkan apabila terlihat KG berisi struktur mudigah hidup yang letaknya di luar kavum uteri. Bila pada USG terlihat kehamilan intrauterin, maka kemungkinan KE sangat kecil.
Kejadian kehamilan heteropik (kehamilan intrauterin dan ektopik yang terjadi bersamaan) jarang terjadi, yaitu sekitar 1 di antara 7.000 kehamilan.
Akan tetapi, pada pasien fertilisasi in vitro, kemungkinan kehamilan heterotopik meningkat tajam, yaitu sekitar 1 di antara 100 kehamilan.
Diagnosis KE didasarkan atas temuan yang terlihat pada uterus, adneksa, dan kavum Douglasi. Uterus tidak selalu membesar, dan kavum uteri memperlihatkan gambaran yang bervariasi.
Kadang-kadang kavum uteri terbuka karena terisi cairan sekret dan memberikan gambaran menyerupai kantung gestasi (KG palsu). Kantung gestasi palsu bentuknya selalu lonjong, letaknya di tengah kavum uteri, tidak mempunyai gambaran cincin ganda yang konsentrik, dan tidak berisi struktur yolk sac atau mudigah.
Diagnosis KE sulit ditegakkan pada kehamilan yang muda, sehingga memerlukan pemeriksaan serial. Gambaran spesifik kehamilan tuba berupa massa ekhogenik berbentuk sirkular dengan diameter 10 – 30 mm yang letaknya di daerah daneksa.
Di bagian tengahnya terlihat struktur anekhoik yang berasal dari kantung gestasi, sehingga massa adneksa membentuk gambaran cincin (tubal ring). Pada 16 – 32,5% kasus terlihat struktur mudigah di dalam KG. Mungkin juga terlihat struktur yolk sac di dalam KG.
Kehamilan ektopik lebih sering memberikan gambaran yang tidak spesifik, berupa massa kompleks (mengandung bagian padat dan kistik) yang berasal dari jaringan trofoblas dan perdarahan pada tuba.
Apabila KE mengalami gangguan perdarahan (Keguguran atau ruptura tuba), akan terlihat cairan bebas yang mengisi kavum Douglasi. Gambaran perdarahan akibat KE sulit dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi oleh sebab lain, seperti perdarahan ovulasi, asites, pus, dan kista pecah.
Pada keadaan ini pemeriksaan β–hCG dapat membantu diagnosis KE dapat ditegakkan dengan cukup akurat melalui pemeriksaan USG, maka tindakan kuldosentesis (fungsi kavum Douglasi) saat ini sudah jarang dikerjakan.