Ibu memberikan ASI sacara dini lebih sedikit akan mengalami masalah dengan menyusui. Bimbingan yang tidak benar dan teratur dari tenaga kesehatan merupakan kendala utama pemberian ASI.
Bagaimana cara mendukung dan memicu pemberian ASI dijelaskan dalam WHO/UNICEF Join Statement “Promoting, Protecting and Supporting Breasfeeding – the special role of the martenity services”, yang kemudian disimpulkan dalam 10 Langkah Menyusui (Ten Steps to Successful Breastfeeding) yang kemudian menjadi dasar The Baby Friendly Hospital Iinitiative (BFHI).
Di negara berkembang bayi yang mendapatkan susu buatan mengalami morbiditas dan kematian bayi yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi dengan pemberian ASI, terutama karena infeksi dan malnutrisi.
Selama masa perawatan pasca persalinan ibu memerlukan konseling penggunan kontrasepsi. Bila ibu menyususi secara maksimal (8 – 10 selama sehari), selama 6 minggu ibu akan mendapatkan efek kontrasepsi dari Lactational Amenorrboea (LAM).
Setelah 6 minggu diperlukan kontrasepsi alternatif seperti penggunaan pil Progestin, injeksi depot-mendokisprogesteron asetat (DMPA), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR-IUD), atau metode barier seperti diafragma atau kondom. Kontrasepsi oral kombinasi harus dihindari selama bulan pertama laktasi.
Periode pasca persalinan adalah kesempatan terbaik untuk melakukan konseling, pasangan dan keluarganya untuk melakukan tes HIV apabila pemeriksaan ini tidak dilakukan selama kehamilan.
Bila hasil tes positif, diperlukan konseling tentang pengobatan yang dipelukan dan bagaimana upaya pencegahan penularan dan dapat dilakukan.