Penyebab Genetik
Sebagian besar Keguguran spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embiro. Paling sedikit 50 % kejadian Keguguran pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik.
Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal (misalnya kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.
Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya nondisjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal.
Separuh dari Keguguran karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16 % kejadian Keguguran, di mana terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sesbagai mekanisme patologi primer.
Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal. Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis.
Insiden trisomi menigkat dengan bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian sekitar 30 % dari seluruh trisomi, merupakan penyebab terbanyak.
Semua kromosom trisomi berakhir Keguguran kecuali pada trisomi kromosom 1. Sindroma Turner merupakan penyebab 20 – 25 % kelainan sitogenetik pada Keguguran. Sepertiga dari fetus dengan Syndrome Down (trisomi 21) bisa bertahan.
Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetic amniosentesis pada semua ibu hamil dengan usia yang lanjut, yaitu di atas 35 tahun.
Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia di atas 35 tahun. Karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.
Kelainan lain umumnya berhubungan dengan fertilisasi abnormal (tetraploid, triploidi). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan.
Tetraploidi terjadi pada 8 % kejadian Keguguran akibat kelainan kromosom, di mana terjadinya kelainan pada fase sangat awal sebelum proses pembelahan.