Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran.
Bagi mereka yang sudah menikah atau telah lama menikah dan ingin menunda atau belum mau memiliki anak atau mencegah kehamilan berikutnya dengan berbagai alasan tertentu, biasanya wanita akan melakukan atau mengikuti anjuran program dalam keluarga berencana dengan menggunakan beberapa alat kontrasepsi yang menurutnya aman digunakan.
Dalam menggunakan alat kontrasepsi, seorang wanita dituntut untuk bijaksana dan pintar dalam memilih alat kontrasepsi yang aman digunakan.
Berikut beberapa macam atau jenis alat kontarsepsi yang bisa digunakan dan menjadi beberapa pilihan para wanita :
1. Pil KB.
Alat kontrasepsi memiliki banyak ragam dan jenis. Salah satunya adalah dengan menggunakan pil KB yang banyak mengandung beberapa komponen hormon estrogen dan progesteron. Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang dinilai beberapa wanita sebagai alat kontrasepsi yang cukup aman, harga terjangkau dan ekonomis. Alat kontrasepsi yang menggunakan pil dinilai cukup efektif dalam mencegah ovulasi (pembuhaan) dan mengentalkan lendir serviks sehingga sel sperma tidak dapat mencapai uterus.
Pil KB yang dinilai cukup efektif yang memberikan jaminan perlindungan 100 % dengan catatan harus rutin diminum selama 21 hari dan dihentikan selama 7 hari. Akan tetapi, pemilihan alat kontrasepsi dengan menggunakan pil menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, rasa mual, timbul jerawat dan kenaikan berat badan.
2. Cincin Miss V.
Alat kontarsepsi yang menggunakan cincin Miss V memang cukup fleksibel. Cincin Miss V yang hanya berdiameter sekitar 5 cm dengan cara memasukkan cincin Miss V dengan menekan kedua tepi secara bersamaan dan kemudian dikeluarkan setelah 3 minggu. Setelah cincin Miss V dikeluarkan, maka wanita akan mengalami siklus haid. Cincin Miss V bekerja dengan cara melepaskan hormon estrogen dan progesteron secara langsung ke dinding Miss V.
Namun cincin Miss V ini hanya digunakan selama 1 bulan untuk mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dan biasanya digunakan oleh wanita yang tidak cocok menggunakan pil KB sebagai alat kontrasepsi yang menimbulkan efek samping seperti pusing, rasa mual, dsb. Cincin Miss V memiliki efek samping seperti infeksi Miss V yang dapat sembuh dalam beberapa bulan. Cincin Miss V ini hanya didapatkan dengan menggunakan resep dokter.
3. Spon.
Spon merupakan sejenis alat berbentuk busa yang cara kerja dengan cara dimasukkan ke dalam Miss V beberapa jam sebelum melakukan hubungan intim, dan biarkan didalam Miss V selama 30 jam sesudah berhubungan. Spon yang dimasukkan ke dalam Miss V bekerja dengan cara melepaskan zat pembunuh sperma (spermicide) saat berada dalam kondisi lembab karena air, dan ditempatkan diatas serviks.
Dampak buruknya dengan menggunakan spon sebagai alat kontrasepsi adalah tidak dapat mencegah penyakit seksual yang menular. Tak hanya itu spon ini dapat menyebabkan iritasi Miss V dan membuat pengguna alat kontrasepsi jenis spon menjadi rentan terhadap mikroba.
4. Kondom perempuan.
Alat kontrasepsi lainnya selain pil KB dan jenis kontrasepsi lainnya. Alat kontrasepsi lainnya dengan menggunakan kondom yang khusus dibuat untuk para wanita. Kondom yang dirancang khusus wanita ini berbentuk seperti kantung plastik panjang dengan cincin pada kedua ujungnya. Pada bagian ujung yang terbuka merupakan jalan masuk penis, sedangkan ujung yang tertutup yang dibuat khusus untuk menahan alat vital pria masuk ke dalam area serviks.
Saran untuk beberapa wanita yang ingin menggunakan kondom sebagai salah satu alat kontrasepsi yang dinilai efektif. Dengan cara menggunakannya, tekan pinggiran salah satu cincin secara bersamaan dan masukkan sejauh mungkin ke dalam Miss V dan bagian cincin lainnya dibiarkan tergantung di luar tubuh.
5. Diafragma.
Selain kondom yang digunakan sebagai alat kontrasepsi. Diafragama juga menjadi salah satu jenis alat kontrasepsi yang berbentuk tudung/mangkuk yang terbuat dari karet dan bersifat fleksibel. Diafragma ini dibuat dalam berbagai ukuran sehingga dapat dipilih yang paling pas dengan tubuh. Selain dapat mencegah kehamilan, diafragma juga sangat efektif dalam mencegah resiko kanker rahim.
Jika ingin menggunakan diafragma, lakukan hal yang berikut ini :
- Lapisi diafragma dengan zat pembunuh sperma, lipat setengah dan dorong masuk ke dalam Miss V hingga menutupi serviks (leher rahim). Biarkan diafragma berada di dalam Miss V selama kurang lebih 6 jam setelah melakukan aktivitas seksual bersama pasangan. Lalu keluarkan diafragma kurang lebih 24 jam untuk mencegah resiko dari infeksi kandung kemih.
6. Sterilisasi.
Jenis kontrasepsi berikutnya adalah sterilisasi. Jarang sekali ditemui seorang wanita melakukan atau memilih alat kontrasepsi jenis ini. Meskipun ada sebagaian wanita yang mungkin menggunakan alat kontrasepsi ini dengan alasan telah memiliki banyak anak, faktor ekonomi dll. Alat kontrasepsi jenis satu ini merupakan alat pencegahan kehamilan yang bersifat permanen. Sterilisasi ini dikenal dengan istilah tubektomi yang bekerja dengan cara memotong atau menutup saluran telur yang terentang dari ujung atas rahim sampai kandung telur, sehingga membuat wanita tak dapat hamil lagi.
Metode ini tak hanya dapat dilakukan oleh wanita, namun pria pun dapat melakukannya jika pada pria disebut dengan vasektomi dengan cara mengikat atau memotong saluran sperma sehingga pria tidak dapat membuahkan sel telur atau dengan kata lain tidak dapat menghamili.