Operasi caesar adalah operasi untuk mengeluarkan bayi tanpa melalui liang persalinan (Miss V). Dalam operasi tersebut dokter membedah dinding perut dan rahim ibu guna mengeluarkan bayi. Operasi caesar biasanya berlangsung 20-90 menit dan dapat dilakukan baik karena alasan medis maupun non-medis (personal) . Banyak wanita yang tergiur memilih operasi caesar tanpa adanya alasan medis.
Proses melahirkan secara operasi caesar ternyata lebih berbahaya dibandingkan proses bersalin normal. Menurut sebuah penelitian, satu dari sepuluh wanita terkena infeksi pascamelahirkan caesar, sehingga mereka perlu dirawat lebih lama.
Dr Catherine Wloch dari Departemen Kesehatan dan Infeksi Associated Antimicrobial Resistance, di HPA, London, Inggris, mengatakan, “meskipun infeksi bagian paling caesar lukanya tidak serius, infeksi tersebut akan berakibat pada sistem kesehatan si ibu kemudian hari.”
Para ahli kedokteran memperingatkan, caesar harus dilakukan hanya bila benar-benar diperlukan karena resiko infeksi sangat tinggi. Kelahiran yang memerlukan operasi caesar adalah melahirkan kembar, ibu hamil dengan tekanan darah tinggi, atau diabetes yang berarti bahwa kelahiran alami akan beresiko tinggi.
Bila tanpa indikasi medis yang kuat sebaiknya Anda pertimbangkan lagi keputusan melakukan proses operasi caesar. Melahirkan lewat bedah caesar berulang, lebih dari tiga kali, meningkatkan risiko komplikasi persalinan dan kelahiran prematur.
Tim peneliti dari Inggris membandingkan 94 wanita yang sudah melakukan operasi caesar sampai 5 kali atau lebih, dengan 175 wanita yang melahirkan lewat operasi caesar kurang lebih sedikit.
Wanita dari kelompok sering melakukan operasi caesar lebih rentan mengalami perdarahan sebelum, selama, dan setelah persalinan. Mereka juga beresiko tinggi mendapatkan transfusi darah, melahirkan bayi prematur, dan mendapat perawatan intensif.
Perdarahan obstetri mayor pada mereka yang melakukan operasi caesar cukup sering mencapai 18 persen dibandingkan dengan kelompok wanita lain yang hanya 0,6 persen. Risiko transfusi darah juga 17 persen lebih tinggi.
Sekitar 18 persen wanita dari kelompok sering mendapat operasi caesar didiagnosa kelainan plasenta seperti plasenta previa atau plasenta accerata. Akibatnya mereka beresiko tinggi mengalami komplikasi dan separuh dari mereka mendapatkan tindakan pengangkatan rahim atau histerectomi.
“Operasi caaesar berulang kali sebenarnya cukup jarang dialami dan kebanyakan yang melakukannya hasilnya cukup baik. Tetapi tetap saja risiko mereka untuk mengalami komplikasi persalinan dan bayi lahir prematur cukup tinggi,” kata salah satu peneliti Dr.Mandish Dhanjal.
Karena itu baik ibu hamil atau dokter yang merawat memahami dengan baik risiko komplikasi yang akan dihadapi dari operasi caesar berulang.
Setiap operasi, termasuk operasi caesar, memiliki risiko, sebagian bahkan mengancam nyawa. Sayangnya belum ada penelitian yang menyebutkan berapa kali batas maksimum seorang wanita boleh melakukan operasi caesar.